Postingan

Contoh Esai LPDP Magister Geografi Lolos Seleksi Batch 1 Tahun 2024

Gambar
Puji sukur tiada hingga, saya mendapat kesempatan studi lanjut berkat beasiswa LPDP. Semula, ada segumpal rasa pesimis yang tertimbun di dalam benak diri mengingat catatan studi sarjana saya sedikit kriminil. Butuh 12 semester bagi saya untuk merampungkan studi pendidikan geografi di Universitas Negeri Malang. Beruntung! di kedalaman benak ini ternyata masih tersisa sedikit nyala ambisi untuk berjuang, berupaya semampunya meraih mimpi. Beruntung lagi! atmosfer lingkungan tempat saya mukim (Pesantren Gading) sangat supportif. Ada banyak awardee LPDP yang berkenan menjadi konsultan. Jadilah setitik nyala tadi bertransformasi menjadi percik-percik bara sampai kemudian menjadi sulutan api. Lagi-lagi beruntung! perjuangan belajar TOEFL via kanal Youtube (Pak) Yanto Tanjung- saya sangat merekomendasikan kanal ini-, melobi dosen agar berkenan kasih surat rekomendasi, latihan soal tes skolastik, tiga kali mock-up wawancara, tak berujung kekecewaan. Puji sukur tiada hingga, saya lolos seleksi b...

Menutup lalu Menetap

 Tahun ini, usia 24. Banyak kawan udah pada nikah. Kadang jengkel kalo ditanya kapan nyusul. Jengkel ke mereka-mereka yg nanya sekaligus ke diri sendiri. Mereka-mereka itu mana pernah ngerasain ga bisa move on. Mana mungkin mereka dengan goblok lewat depan rumah perempuan cinta pertamanya sambil berharap bisa ngeliat doi lagi walau sekilas?. Termakan novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, aku diam-diam tak menginginkan cinta sejati. Tapi juga bukan cinta yang sesaat. Aku terjatuh di kenangan masa lalu cinta pertama tanpa berkeinginan melepas sakit. Kurasa, luka itu memang sembuh perlahan. Sialnya ia tak pernah benar-benar kering. Sesekali ada saja yg membuatnya kembali basah. Gobloknya, aku justru berlatih menikmati rasa pedih.  Bayangkan kalian sedang kangen seseorang yg kini tak terdengar kabarnya. Buncahan kerinduan meluap bersama rembesan air mata yg merambat malu-malu. Sementara langit-langit kamar menayangkan ingatan-ingatan tentangnya, seseorang yg berdiam di kepalamu mera...

Empat Catatan tentang Ra

Gambar
  Ra #1 Nakoa Watu Gong, 26 Mei 2021 Hari ini Pak Kodir ngajak ketemuan buat mbahas rancangan penelitian. Artinya, aku bisa ketemu Ra lagi. Sebelumnya, pas rapat koordinasi pertama (sekarang bisa kusimpulkan kala itu aku belum siap menghadapi dia secara langsung) caraku bersikap di hadapan dia terkesan kaku banget. Obrolan yg bisa kupantik cuma seputar formalitas penelitian aja. Aku juga ngga berani bersitatap sama dia. Yang paling kusesalkan adalah kegugupanku saat menimpali pembicaraannya. Kosa kata yg kupunya mendadak susut drastis akibat gemuruh aneh di dada ini ngga bisa kukontrol. heuheu. Maka, pada malam sebelum pertemuan hari ini, lebih dulu kutata niatku baik-baik. Kurasa kegugupanku tempo hari muncul lantaran sugesti diri bahwa yang di depanku ini adalah perempuan yg diam-diam kukagumi. Itu memunculkan debar-debar magis yg menggilas kesadaranku. Setiap suara yg melesat dari bibir tipisnya serupa sihir yg menghanyutkan daya pikir. Kepala ini acak adul.  Untungnya, per...

Perempuan Sembrani

Gambar
                               Ilustrasi Kuda Sembrani (Sumber: Goodnewsfromindonesia.id) Beberapa tahun lalu, pemberitaan konflik warga Banjarsari melawan Perusahaan Tambang di televisi menyita perhatian khalayak luas. Banyak pihak yang berusaha turun tangan. Tapi hanya segelintir yang memerhatikan riwayat kuda putih penjaga bukit merah yang ditambang dan hanya seorang saja yang menyadari kehadiran Perempuan Sembrani. Aku adalah Bukit Merah Sama seperti daging manusia, warna merah tubuhku juga karena darah. Berpuluh-puluh tahun lalu tumpahan darah gerilyawan Perang Jawa mengubah putihnya kapur di sini. Wajah alam berubah muram. Cengkih lebih memilih mati ketimbang menyesap darah yang menyatu dengan air tanah. Sedangkan hasil bumi dari sawah hanya cukup untuk warga bertahan hidup. Hanya kesetiaanlah yang membuat pribumi Banjarsari bertahan dirantai keterbatasan. Gelap belum matang ketika desing bedhil meletu...

Menyiapkan Bekal dari Lapar

Gambar
Judul: Lapar Penulis: Knut Hamsun Penerjemah: Marianne Katoppo Tebal: 284 hlm Penerbit: Yayasan Obor Pustaka Perihal buku ini, ada sedikit kisah yang ingin kubagi.  Dalam sebuah sesi ngobrol santai di Kanal Youtube Mojok.co, Eka Kurniawan nyeletuk bahwa karier menulisnya tak bisa lepas dari Lapar-nya Knut Hamsun. Sejak saat itu, timbul penasaran dibenakku. Lapar menjadi salah satu buku yang ingin kubaca. Tak berselang lama, aku menemukan beberapa eksemplar buku itu di rak novel Togamas bagian paling bawah-pertanda bukan produk unggulan. Bagaimanapun, desain sampul sebuah buku turut menjadi pertimbanganku untuk membelinya. Begitulah kiranya untuk waktu itu tak kuambil Lapar ini. Sampulnya tak begitu menarik.  Diam-diam Lapar menguap dari daftar bacaan yang ingin kusantap. Kala itu, Dawuk-nya Mahfud Ikhwan sungguh candu bagiku. Ketika rilis serial lanjutannya, spontan kuprioritaskan isi dompet yang tak seberapa ini untuk itu: Anwar Tohari Mencari Mati. Waktu bersaksi bahwa kegan...

Ulid Mengantarku Pulang

Gambar
Sampul yang filosofis (dok) Taruhlah dirimu pada suasana kota dengan deru jalanan tak terbantahkan. Bunyi mesin, kepul hitam asap knalpot, sontakan klakson, deret toko, tukang parkir yang meresahkan, orang asing, kepenatan, dan kepenatan. Kesatuan dari semua itu harus kuhadapi setiap hari. Ditambah lagi hilir mudik orang asing yang datang-berkenalan-mendaku sebagai teman-bertahan sebentar-lalu pergi atau hilang atau pulang. Persinggungan dengan mereka-mereka itu lantas dengan cepat menyisakan cerita pendek saja. Sialnya, yang terjadi padaku, cerita-cerita itu lebih sering berujung buruk. Atau justru sama sekali tak mengandung satupun unsur kebaikan. Tak cuma sekali kena tipu orang dekat, upah kerjaan lebih sering turun telat, dan banyak lagi obrolan sambat. Ketika itulah yang kuinginkan hanya pulang. Kembali pada rumah yang terus memperlakukanku seperti 7 atau 10 tahun lalu.  Sayang, andaikata pulang seenteng saat mengatakannya, barang tentu sudah rutin kulakukan. Apalagi jika buka...

Seperti Puisi Kebahagiaan Tidak Untuk Dicari

Orhan Bey sungguh menyadari bahwa khazanah Turki menyimpan historigrafi peradaban Timur vs Barat yang kompleks. Pada novel "Snow" ini Orhan menyemrawutkan benang-benang sekulerisme Turki, Islamisme Kurdi, dan ateisme Barat di kedalaman jiwa Ka, penyair yang tenggelam dalam keheningan salju di Kota Kars. Benang-benang itu lantas dipilin melalui kisah-kisah bunuh diri gadis madrasah aliyah yang keukeuh tak ingin melepas jilbab sebagaimana yang dititahkan negara, aksi teror gerakan populis islam dalam rangka mengamankan elektabilitas calon walikota yang mereka usung, hingga upaya kudeta berdarah dalam balutan teatrikal kelompok kesenian keliling yang disiarkan langsung oleh stasiun TV lokal.  Sebelum memutuskan menjemput harapan kebahagiaan di Kars, Ka adalah buangan politik Republik Turki di tanah Frankurt. Dalam keterasingan, ia bersafari ke kota-kota Eropa untuk memenuhi undangan membaca puisi berbahasa Turki dan dari aktivitas itulah ia diberi label penyair. Di Kars, Ka bere...