Empat Catatan tentang Ra
Ra #1 Nakoa Watu Gong, 26 Mei 2021
Hari ini Pak Kodir ngajak ketemuan buat mbahas rancangan penelitian. Artinya, aku bisa ketemu Ra lagi. Sebelumnya, pas rapat koordinasi pertama (sekarang bisa kusimpulkan kala itu aku belum siap menghadapi dia secara langsung) caraku bersikap di hadapan dia terkesan kaku banget. Obrolan yg bisa kupantik cuma seputar formalitas penelitian aja. Aku juga ngga berani bersitatap sama dia. Yang paling kusesalkan adalah kegugupanku saat menimpali pembicaraannya. Kosa kata yg kupunya mendadak susut drastis akibat gemuruh aneh di dada ini ngga bisa kukontrol. heuheu. Maka, pada malam sebelum pertemuan hari ini, lebih dulu kutata niatku baik-baik. Kurasa kegugupanku tempo hari muncul lantaran sugesti diri bahwa yang di depanku ini adalah perempuan yg diam-diam kukagumi. Itu memunculkan debar-debar magis yg menggilas kesadaranku. Setiap suara yg melesat dari bibir tipisnya serupa sihir yg menghanyutkan daya pikir. Kepala ini acak adul.
Untungnya, persiapan yg sudah kutata baik-baik itu bekerja dengan baik pula.
Ra. Mean cantik dengan bibir kecil yg merahnya menentramkan itu. Mean anggun dengan cara duduk bersilang kaki sebagaimana tadi. Mean lucu dengan pipi ibarat roti burger mengapit hidung yg aduhai ingin sekali kupencet-pencet. Kebaradaan gigi kecil di samping gigi kelinci itu ingin kuzoom in sekedar untuk mengamatinya lebih detail. Tapi apalah dayaku yang tatkala menatap sepasang mata ceria itu saja tak sanggup lama-lama.
Ra. Terimakasih atas gagasan-gagasan yg udah mean bagikan ke aku tadi. Maaf pula bila tatapanku ngebuat mean kehilangan arah pembicaraan sebagaimana tadi ketika mean uraikan contoh output HKI berupa media pembelajaran.
Aku buang muka, bukan karena aku tak menghormati lawan bicara, Ra. Itu karena alam bawah sadarku mengatakan: perempuan yg berada di depanmu sedang berusaha menyusun kalimat sederhana tapi kau malah merumitkannya. Kurang lebih demikian.
Ra, perlu mean ketahui, beberapa guyonan yg kulontarkan tadi adalah bentuk upayaku mengontrol hati ini. Dengan cara seperti itu, kuharap komunikasi antara kita bisa lebih cair ke depannya. Terkhusus dalam rangka penelitian PNBP ini. Dengan cara seperti itu pula, kuingin agar perasaanku tidak meluap-luap sebagaimana yg kurasakan dulu kala mengagumi, Na. Kurasa, segala hal yg cair nan mengalir selalu lebih baik ketimbang yang meluap-luap.
Ra, ke depan hari bersama mean akan selalu kucatat. Semata karena aku suka mean, Ra.
…..
Ra #2
Mendadak mean ngechat mau nelpon. Ada sesuatu yg mau kuomongin. Tulis mean.
Aku bertanya-tanya. Sepenting apakah sesuatu itu sampai harus via telpon? sesuatu tentang apa?
Kupikir mean mau sharing tentang tanggungan mbikin instrumen penelitian. Ternyata tebakanku agak mleset dikit. Yg mean kabarkan adalah pengunduran diri.
Spontan saja, dadaku mengosong. ringan. segala endapan euforia yg kutanam tempo hari seusai kita bersitatap untuk pertama kali sontak menguap dengan cepat. Ambyar.
Ra. Perlu mean ketahui. Salah satu niatku mengajak mean gabung penelitian ini adalah biar mean familiar sama dunia riset. Bukan maksudku mengunggulkan diri. Hanya saja, menurutku, bila ingin lanjut pascasarjana ada baiknya terjun dalam real research yg saintifik. Buat bekal tipis-tipis. Kedua, berada pada circle ekosistem orang-orang hebat sekelas Pak Kodir kupikir akan menguatkan ghirah mean buat lanjut studi pascasarjana. Kurang lebih gitu.
Tapi yaaa, apa mau dikata Ra. Keputusan itu juga kunilai sudah tepat. Akupun juga ingin mean lekas lulus. Semoga saja semua hal yg kita pilih hari ini punya nilai manfaat buat hari-hari esok.
Btw, aku seneng hee mean telfon. Apalagi pas iso guyon bareng. Saling lempar lelucon. Trus mean cerita segalanya dan aku akan khusuk menyimak.
Hoiya.. Ngga usah ngerasa sungkan apalagi ngerasa bersalah ya.. Justru kurasa, malah aku yg salah. Karena mentingin ego pingin deket sama mean akhirnya mean terlibat dalam proyekan ini.
Yaaa walaupun probabilitas kita untuk bertemu akan semakin kecil, lalu kemungkinan lostkontak semakin besar, kurasa aku terus mencatat kejadian-kejadian yg melibatkan kita, Ra. Minimal biar aku ngga smp lupa gimana caranya jatuh cinta.
Makasiiiii uda nelfon. Maaf ya buat salah-salahku. Kutunggu kabar baiknya.
27 Mei 2021
…..
Ra #3 Jatuh Cinta dengan Selamat lalu Merelakanmu
Ra, belakangan kusadari bahwa aku telah jatuh cinta dengan selamat padamu. Tak semendalam pada Na memang. Padamu sedikit banyak aku bisa mengira" waktu memejam di tengah kasmaran lalu tarik rem yang proporsional. Langkah ini kuambil setelah merasakan sakitnya menyukai seorang perempuan dengan membuta. Sehingga bila kurenungkan ulang, perasaanku ini berada pada taraf yang standar" saja. Tidakkah Khoirul Umuur adalah Awsathuha, Ra?
Bagiku, mencintaimu dengan selamat adalah dengan tidak memancing obrolan di chat whastapp yang berkepanjang sampai larut malam. Juga dengan tidak memainkan perasaan perempuan yg secara fitrah lebih mudah menaruh harapan pada sebuah relasi interpersonal. Mencintai dengan selamat juga kumaksudkan dengan tidak menceletukkan janji" masa depan khas muda-mudi walau sekadar lewat candaan. Ringkasnya, mencintaimu dengan selamat menahan hasrat dan mengklamufasekannya rapat-rapat, memanifestasikannya dalam relasi pertemanan belaka.
Kemarin Ra, sewaktu ngaji Ushul Fiqh, Ust Khudori membagi banyak cerita pada kami. Baik seputar studi keilmuan islam, kontestasi pengetahuan, kontekstualisasi metodologi fiqh klasik-kontemporer, juga cerita tipis" perihal kisah nyantri beliau. Satu yang mengena dalam benakku dan kucerna dalam" adalah kisah beliau yang baru menikah di usia 31 th lantaran memprioritaskan studi doktoral lebih dulu usai merampungkan studi di pesantren. Sedikit banyak hal itu mengingatkanku pada catatan impian yg pernah kubuat. Yakni sebelum aku nikah, kelak aku ingin nyantri di Jampes Kediri dulu dengan catatan telah memantapkan studi di Gading.
Artinya, ke depan aku akan memilih jalan ninja sebagaimana Ust Khudori. Dan selama aku menapaki jalan itu, bisa kupastikan perasaanku padamu akan turut perlahan memudar. Lapis demi lapis. Lepas. Lepas-lepas.
Ra, ijinkan aku menerka. Boleh jadi taun depan kita sudah hilang komunikasi. Tiada diantara kita yg akan memulai chat walau sekedar buat basa-basi. Maka mulai dari malam ini, kubiarkan segalaku dengan hati-hati merelakanmu pergi menapaki cecabang garis tanganmu sendiri. Ma'an Najah Ra. Arjuu bainana najah ma'an.
14 Juni 2021
….
Ra (bagian akhir)
Benar saja, Juni 2021 kuprediksi dalam setaun ke depan kita akan hilang komunikasi. Kini, Maret 2022 kurasa prediksi itu sudah terjadi.
Akhir 2021, mean sidang. Selamat!
Barangkali yg bisa (dan berani) kulakukan cuma sebatas pemberian ucapan itu. Sebenarnya terbesit niatan ngasih buku, tapi ah sudahlah! tak baik memantik lagi hal-hal yg aku sendiri ingin menyudahi: perasaan ke mean, Ra.
Bila kubayangkan, setelah sidang adalah hari-hari menguras energi. Revisi naskah skripsi itu pasti. Tapi yang kumaksud di sini bukan yg berkaitan dg ranah akademis. Usai dinyatain lulus, jugakah mean bertanya-tanya habis ini mau ngapain ya? apakah hari demi hari bergulir dengan membosankan? bangun dr ranjang untuk ngga ngapa-ngapain lalu balik ke ranjang karena capek ngga ngapa-ngapain? malam sudah larut tapi isi kepala tak mau surut. Penuh kecemasan yg meletup-letup.
Ini cuma yg kubayangkan si..
Ujung 2021 dan awal 2022, riwayat chat kita masih mmm layak untuk dikenang tipis-tipis. Sedikit deep chat (harusnya deep talk, tapi kan cuma via teks bukan suara. wkwk) ihwal rencana karir atau apalah itu seputar hal-hal yg ingin kita capai. Mean tau Ra? dalam kondisi kuliahku yang kelewat molor kayak gini (2022 ini aku semester 12. Satu lusin. Bajigur!), bermimpi tinggi adalah sesuatu yang menakutkan. Aku tak ada keberanian bahkan untuk membuat mimpi. Sial. Betapa yg seperti itu sama sekali tak pernah terlintas dibenakku, pedih.
Tentu aku harus berterimakasih sebab mean (sempat-sempatnya) menawarkan diri jd telinga yg ndengerin sambatku sewaktu-waktu. Tapi aku tak ingin mengambil tawaran itu. Kuharap bisa dimengerti. Sayangnya, usai chat malam itu, masing-masing kita seperti beranggapan tiada lagi bahasan yg perlu dibicarakan.
O ya..
Terkait dengan harapan-harapan mean, Ra, semoga diwujudkan tuhan. Pascasarjana Geo Lingkungan UGM mungkin bisa jadi bekal awal buat ambil Ph. D Environmental Geography di York Univ. Sepertinya mean cocok di bidang itu.
Sungguh tiada sangkaku kalo mean mau nyoba-nyoba kerja. Salut ke mean yang berani ambil slot tentor Geo di Airlangga Cabang Kepanjen. Wagir-Kepanjen jauh lo Gaes. Semoga kuat. Kuat sama gajinya juga. xixi
Karena di pembukaan udah kutulis bagian akhir, artinya ke depan aku tak ingin menulis perihal mean lagi Ra.
Terimakasih buat semuanya.
10 Maret 2022
Komentar
Posting Komentar