Contoh Esai LPDP Magister Geografi Lolos Seleksi Batch 1 Tahun 2024
Puji sukur tiada hingga, saya mendapat kesempatan studi lanjut berkat beasiswa LPDP. Semula, ada segumpal rasa pesimis yang tertimbun di dalam benak diri mengingat catatan studi sarjana saya sedikit kriminil. Butuh 12 semester bagi saya untuk merampungkan studi pendidikan geografi di Universitas Negeri Malang. Beruntung! di kedalaman benak ini ternyata masih tersisa sedikit nyala ambisi untuk berjuang, berupaya semampunya meraih mimpi. Beruntung lagi! atmosfer lingkungan tempat saya mukim (Pesantren Gading) sangat supportif. Ada banyak awardee LPDP yang berkenan menjadi konsultan. Jadilah setitik nyala tadi bertransformasi menjadi percik-percik bara sampai kemudian menjadi sulutan api. Lagi-lagi beruntung! perjuangan belajar TOEFL via kanal Youtube (Pak) Yanto Tanjung- saya sangat merekomendasikan kanal ini-, melobi dosen agar berkenan kasih surat rekomendasi, latihan soal tes skolastik, tiga kali mock-up wawancara, tak berujung kekecewaan. Puji sukur tiada hingga, saya lolos seleksi beasiswa LPDP Batch 1 tahun 2024. One Shoot!
Sebagai upaya merekam perjalanan meraih mimpi, saya ingin mengawetkan esai rencana kontribusi yang telah saya susun. Perlu dimengerti, sebelum menjadi sebuah kesatuan yang utuh, esai ini mengalami kurang lebih empat atau lima kali revisi yang bersumber dari para konsultan saya. Alhasil, saya butuh waktu dua atau tiga pekan untuk merampungkannya. Bagi pembaca sekalian yang saat membaca tulisan ini sedang berusaha menyusun esai yang serupa, keep ignite! Menyala!
Komitmen Kembali ke Indonesia, Rencana Pasca Studi, dan Rencana Kontribusi Di Indonesia
Saya lahir dan tumbuh di lingkungan perdesaan Putat Lor, Gondanglegi, Kab. Malang. Kendati masyhur sebagai wilayah penghasil beras dan tebu, keluarga kami bukan salah satu dari sekian banyak pemilik sawah yang sejahtera dari hasil panen. Justru sebaliknya, sampai sekarang pun kami masih bermukim di rumah kontrak. Bapak saya seorang ‘tukang bangunan’ yang merantau di Kota Semarang. Sementara ibu saya menghabiskan hari dengan merawat dan mendidik kami berlima menjadi pribadi yang giat dan sabar berjuang. Rumah kami tidak terpaut jauh dengan lokasi sebuah pondok pesantren. Tinggal di lingkungan ''kaum sarungan'' dalam atmosfer agraris membuat saya banyak belajar mengenai budi pekerti sejak kecil, termasuk perihal pandai bersyukur. Salah satu anugerah yang saya syukuri adalah terlahir dari orang tua yang selalu menginginkan pendidikan terbaik bagi kami: anak-anaknya. Meski bapak ‘hanya’ lulus SD dan ibu sebatas tamatan SMP, beliau berdua memiliki visi agar putra-putrinya dapat melanjutkan studi sampai jenjang perguruan tinggi. Meski di tengah keterbatasan ekonomi, alhamdulillah hal itu dapat terwujud berkat beasiswa Bidikmisi.
Usai banyak jerih dan payah, akhirnya saya berhasil menyelesaikan studi jenjang sarjana program studi Pendidikan Geografi di Universitas Negeri Malang pada pertengahan tahun 2022. Selama menempuh studi, saya pernah berpartisipasi di beberapa ajang perlombaan dan pernah menjadi asisten peneliti. Fokus riset kami tertuju pada permasalahan polusi sungai ditinjau dari aspek ekonomi politik dan pengembangan model pendidikan lingkungan di sekolah adiwiyata yang berlokasi di Kawasan DAS Brantas. Selain banyak belajar ihwal dunia riset, pengalaman menjadi asisten peneliti juga membuat saya sadar mengenai urgensi konservasi sungai. Sembari kuliah, saya juga menjadi pembimbing olimpiade geografi dan kebumian di beberapa SMA/sederajat. Pekerjaan ini menjadi wadah mengamalkan ilmu pedagogi yang saya pelajari di kampus. Puji sukur, sebagian besar siswa yang saya dampingi berhasil menorehkan prestasi baik di gelaran Olimpiade Sains Nasional, Kompetisi Sains Madrasah, maupun kompetisi yang diselenggarakan perguruan tinggi di Indonesia. Selama kuliah, saya juga terlibat aktif di UKM Pramuka dan organisasi kepenulisan yang bernaung di bawah BEM Fakultas Ilmu Sosial. Setiap pekan kami memiliki agenda untuk mengasah keterampilan menulis, berdiskusi tentang karya sastra, dan sesekali saling memberi kritik untuk karya tulis masing-masing anggota. Tidak mungkin saya pungkiri, aktivitas rutin tersebut adalah faktor utama yang mengantarkan saya beberapa kali menjuarai sayembara.
Sejak awal kuliah tahun 2016 (hingga sekarang) saya bermukim di PP. Miftahul Huda (Pondok Gading) sebagai seorang santri. Dua tahun berselang, peran saya di pesantren bertambah menjadi santri 'abdi ndalem kiai'. Saya mengemban amanat untuk membantu lini usaha yang dikembangkan guru saya. Mulanya saya diberi tugas sebagai pramusaji dan kasir kedai kopi. Namun Pandemi Covid-19 memaksa kedai kami gulung tikar. Kini tugas saya berganti menjadi peternak burung kenari milik guru saya. Selain mengaji di madrasah diniyah, saya juga tergabung di Lembaga Penerbitan PP. Miftahul Huda bidang literasi. Tugas utama tim kami adalah mengelola dan mengembangkan website gadingpesantren.id, dakwah digital via media sosial gadingpesantren38, serta berkolaborasi menyusun Buletin Jumat Al-Huda. Tentu ada banyak pelajaran yang saya dapatkan selama delapan tahun menimba ilmu di pesantren. Namun yang paling melekat di ingatan saya adalah tatkala saya menemukan irisan antara bidang ilmu yang saya tekuni, geografi, dengan ilmu agama. Sewaktu mengaji tafsir al-quran saya mendapati ayat yang memerintahkan umat islam melestarikan lingkungan hidup. Alhasil saya meyakini bahwa setiap usaha pelestarian lingkungan sejatinya tergolong sebagai bentuk ibadah (pengabdian) dan ketaatan seorang hamba kepada Allah. Berangkat dari sini, saya seolah menemukan pijakan yang mantap untuk terus mendalami studi lingkungan sekaligus berusaha semampunya dalam usaha konservasi lingkungan.
Semasih melakukan riset, saya menemukan fakta bahwa permasalahan lingkungan sungai di DAS Brantas sudah mencapai titik kritis. Masalah tersebut meliputi penurunan kualitas air, pencemaran sampah popok dan mikroplastik, juga buangan limbah industri (Ecoton 2020). Krisis sampah plastik di DAS Brantas berdampak pada aspek kelestarian ekosistem, ekonomi masyarakat, dan kesehatan lingkungan. Timbunan sampah plastik telah merusak habitat flora fauna yang hidup di ekosistem sungai sekaligus menyebabkan degradasi restorasi alami yang bekerja pada satuan ekosistem. Penurunan kualitas ekosistem DAS Brantas juga berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat setempat. Apabila jumlah populasi ikan berkurang, keberlangsungan ekonomi masyarakat DAS Brantas yang bergantung pada keberadaan sungai akan terganggu. Pasalnya, banyak masyarakat yang bermata pencaharian sebagai penangkap ikan dan budidaya sayur kangkung sungai utamanya di kawasan tengah. Pada kawasan hilir, penurunan kualitas air Sungai Brantas berakibat pada kenaikan biaya penjernihan agar layak minum. Sebab beberapa kota di kawasan hilir Sungai Brantas menjadikan airnya sebagai bahan baku air minum PDAM. Lagi, pencemaran sampah di Sungai Brantas berakibat pada penurunan kualitas produktivitas pertanian yang bergantung pada irigasi Sungai Brantas. Hal ini tentunya berdampak pada kesehatan para konsumen produk pertanian tersebut.
Akar permasalahan yang menimpa Sungai Brantas tidak lepas dari kesadaran lingkungan penduduk, terutama di kawasan hulu, yang kurang peduli terhadap kelestarian sungai. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai tidak dapat dipisahkan dari aspek tata ruang permukiman penduduk. Selama ini, sungai dianggap sebagai halaman belakang rumah sehingga timbul kesan leluasa mengotorinya karena tidak akan ada yang melihat lantas aliran air akan mengangkut sampah yang dibuang menuju tempat lain sehingga tidak meninggalkan jejak di wilayah tersebut. Tim riset kami juga menemukan fakta bahwa sebagian besar penduduk yang tinggal di bantaran Sungai Brantas wilayah urban sebenarnya menempati area permukiman ilegal. Ini tidak terlepas dari dorongan arus urbanisasi yang tidak didukung dengan kompetensi sumber daya manusia yang berkualitas. Atas dalih ketidakmampuan membangun hunian di area yang seharusnya, penduduk lantas membangun rumah di kawasan bantaran sungai tanpa harus membeli lahan. Mirisnya, sebagian besar penduduk masih meyakini mitos suleten. Suleten adalah anggapan bahwa jika kotoran bayi (dalam popok) terkena api, secara otomatis si bayi akan mengalami impetigo (infeksi kulit membercak kemerahan dan gatal). Untuk mencegah itu, popok harus di buang ke sungai agar potensi penyakit ruam larut dalam arus sungai. Anggapan ini masih terus direproduksi oleh penduduk yang bermukim di kawasan hulu sungai di DAS Brantas.
Degradasi lingkungan DAS Brantas saat ini adalah salah satu contoh permasalahan yang dihadapi DAS lainnya di Indonesia. Data statistika menunjukkan bahwa pada 1984 terdapat 22 DAS di Indonesia dalam kondisi kritis. Angka itu terus bertambah menjadi 39 DAS kritis pada 1992, 62 DAS kritis pada 1998, dan 108 DAS kritis pada 2020 (Media Indonesia, 2023). Apabila ditilik ulang, sejatinya kawasan DAS merupakan urat nadi kehidupan mengingat kontribusinya untuk ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan pembangunan berkelanjutan. Tak heran, urgensi optimalisasi pemberdayaan DAS juga menjadi bagian dari target pembangunan berkelanjutan poin 9 C yakni melindungi dan memulihkan ekosistem yang berhubungan dengan air. Namun tata kelola yang kurang tepat justru mengubahnya menjadi salah satu ancaman bencana. Selama ini manajemen DAS hanya berfokus pada aspek hutan saja tanpa melihat perspektif yang lebih luas yakni daerah aliran sungai sebagai sistem sumber daya. Oleh karena itu dibutuhkan pembaruan tata kelola lingkungan yang memperhatikan tatanan sosial, ekonomi, dan politik sebagai unsur sub-lingkungan sebagai upaya pengembangan wilayah dan agar mampu menggerakkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, saya berkeinginan untuk berupaya menggerakkan penduduk yang bermukim di bantaran sungai untuk bersama-sama melestarikan dan memulihkan DAS Brantas. Selain bergerak di bidang ekonomi sirkuler melalui bank sampah, gerakan ini nantinya juga menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman penduduk setempat mengenai urgensi pelestarian sungai. Tidak hanya itu, tatkala tim riset kami meneliti penerapan pendidikan lingkungan di sekolah adiwiyata yang berlokasi di DAS Brantas, kami menemukan fakta bahwa sebagian besar siswa memiliki pengetahuan kognitif yang baik terhadap kelestarian lingkungan sungai namun belum pernah bersinggungan langsung dengan upaya-upaya pelestarian sungai (Kodir, 2022). Oleh karena itu, keberadaan komunitas ini saya harapkan juga dapat mendekatkan lembaga sekolah untuk turut berkontribusi merestorasi sungai.
Saya sadar bahwa kemampuan saya saat ini baik secara keilmuan, pengalaman dan jejaring masih belum memadai. Sebagai salah satu ikhtiar mewujudkan gerakan tersebut, saya ingin melanjutkan studi di program Magister Geografi minat studi Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) di pilihan pertama dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada pada opsi kedua. Mengapa saya memilih UGM? Pertama karena UGM memiliki laboratorium Konservasi DAS yang menjadi media penghubung para praktisi, pembuat kebijakan, akademisi, serta mahasiswa dengan berbagai sumber pengatahuan dan informasi aktual dan faktual dalam lingkup bidang konservasi dan pengelolaan DAS. Kedua, UGM merupakan inisiator lahirnya Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI) yang telah berhasil membumikan gerakan pelestarian sungai berbasis masyarakat. Adapun alasan saya memilih studi MPPDAS karena saya ingin mengembangkan riset mengenai optimalisasi pemanfaatan jasa lingkungan sungai di DAS Brantas berbasis pemberdayaan masyarakat dan saya memandang bahwa kurikulum yang diimplementasikan di MPPDAS UGM sangat saya butuhkan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Ditambah lagi tenaga pengajar MPPDAS UGM juga merupakan para pakar seperti Prof. Dr. Slamet Suprayogi, M.S yang merupakan guru besar hidrologi lingkungan dan Dr. Lutfi Muta'ali, S.Si. MSP yang ahli di bidang penataan ruang dan pengelolaan Lingkungan. MPPDAS UGM juga tergabung dalam konsorsium Centers for Natural Resources and Development (CNRD) yang menghubungkan universitas-universitas di dunia dengan mempromosikan pertukaran akademik dan kerjasama di bidang pengelolaan sumber daya alam, khususnya yang berkaitan terhadap air, tanah, ekosistem, dan energi terbarukan. Kerjasama ini memungkinkan saya mengeksplor wawasan dan membangun jejaring yang lebih luas. Sementara alasan saya memilih studi Ilmu Lingkungan pada opsi kedua karena keberadaan pakar di bidang geografi permukiman, hidrologi, dan perencanaan wilayah yang menjadi pengajar di sana. Selain itu, program magister Ilmu Lingkungan juga memiliki mata kuliah yang berfokus pada kajian ekologi bentang lahan dan isu lingkungan sosial. Kedua mata kuliah ini penting bagi saya untuk mempertajam analisis tentang pemberdayaan masyarakat yang bermukim di kawasan DAS.
Pada urutan ke tiga saya memilih Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan di Universitas Brawijaya. Pertimbangan saya memilih program ini karena di dalamnya terdapat mata kuliah Pengembangan Wilayah Aliran Sungai dan Penyuluhan & Komunikasi Lingkungan. Dua mata kuliah ini sangat berguna ketika kelak mengorganisasikan komunitas masyarakat pelestari sungai. Selain itu, keberadaan Pusat Studi Lingkungan Hidup UB yang memiliki fokus terhadap isu Pengelolaan Pesisir dan Kelautan serta Pengelolaan DAS juga menguatkan alasan saya untuk memilih program studi ini. Ketiga pilihan saya semuanya masih dalam lingkup kajian konservasi DAS. Saya berharap dengan melanjutkan studi magister bisa memperluas wawasan, membangun pola pikir dan karakter, mempertajam analisis dan mengelaborasi sudut pandang tentang upaya restorasi sungai agar dapat berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan yang melanda sungai-sungai di Indonesia terutama di DAS Brantas di kawasan hulu.
Sebagaimana saya paparkan sebelumnya, saya berencana mengembangkan riset ihwal pengelolaan DAS khususnya perihal optimalisasi pemanfaatan jasa lingkungan sungai di DAS Brantas berbasis pemberdayaan masyarakat. Topik ini saya rasa penting untuk ditelaah lebih mendalam karena selama ini upaya konservasi DAS masih berkutat perihal pelestarian kawasan hutan sebagai zona tangkapan air belaka sehingga tidak menyentuh aspek sosial-budaya yang sejatinya berperan sentral sebagai aktor pelestari lingkungan sungai. Saya berharap riset ini mampu melahirkan perspektif bahwa lingkungan Sungai Brantas sebenarnya menyimpan potensi sumberdaya ekonomi untuk pembangunan berkelanjutan sehingga terbangun kesadaran publik untuk bersama-sama merawat dan merestorasinya. Sebagai tindak lanjut atas riset tersebut, serampung studi magister saya berencana mengambil peran sebagai penggerak dan penyuluh sebagai bentuk pengabdian dan komitmen dalam membangun Indonesia. Perihal karir, saya ingin menjadi penyuluh lingkungan hidup yang bekerja di naungan KLHK. Pekerjaan ini memungkinkan saya untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan seraya memulai gerakan komunitas masyarakat dan berkolaborasi dengan dunia akademik. Melalui pelibatan pengambil kebijakan, peneliti dan masyarakat dalam kerjasama kolaboratif, saya berharap proses konservasi DAS Brantas melalui pemberdayaan masyarakat berjalan secara optimal, efektif, efisien dan sesuai dengan kondisi lokalitas setempat. Besar harapan saya, melalui keberadaan beasiswa LPDP Prasejahtera cita-cita tersebut dapat terwujud. Saya melihat bahwa LPDP bukan hanya sebatas pemberi dana pendidikan belaka. Lebih dari itu, keberadaan komunitas Mata Garuda dan progam-progam pelatihan profesional yang berada dalam naungan LPDP memungkinkan saya untuk merajut jejaring keilmuan dan pengalaman yang lebih luas.
Rujukan
Ecoton.or.id. 2020. Jelang PSBB Kualitas Kali Surabaya dan Kali Mas di Bawah Baku Mutu Kelas Air. http://ecoton.or.id/2020/04/24/jelang-psbb-kualitas-kali-surabaya-dan-kali-mas-di-bawah-baku-mutu-kelas-air/. Diakses 24 Januari 2024.
Kodir, A., Syaifulloh, M., Monassa, I. I., Sumarmi, S., & Zubaidah, S. (2022). Environmental Education at Adiwiyata Schools and the Conservation of the Brantas Watershed in Indonesia. KnE Social Sciences, 301-306.
Mediaindonesia.com. 2023. Daerah Aliran Sungai Kritis di Indonesia Terus Meningkat. Daerah Aliran Sungai Kritis di Indonesia Terus Meningkat (mediaindonesia.com). Diakses 06 Februari 2024.
Komentar
Posting Komentar